Lima Tradisi Unik Menyambut Idul Adha di Jawa Timur, Warisan Budaya yang Mempererat Silaturahmi

  


Surabaya,   headlinenews.cloud–Menjelang perayaan Idul Adha, masyarakat di berbagai wilayah Jawa Timur mulai menyiapkan tradisi khas yang telah diwariskan secara turun-temurun. Tradisi-tradisi ini bukan sekadar bentuk ritual keagamaan, tetapi juga merefleksikan kekayaan budaya lokal sekaligus memperkuat tali persaudaraan antarwarga.

Beragam kebiasaan ini menjadi simbol rasa syukur kepada Tuhan serta pengabdian sosial yang tinggi. detikJatim merangkum lima tradisi menarik yang masih lestari di Jawa Timur dalam menyambut hari raya kurban tersebut.

1. Terater Nasi dari Madura
Di Madura, menjelang Idul Adha terdapat tradisi Terater Nasi, yakni membagikan hidangan khas seperti ayam santan dan daging kambing bersama nasi putih dan kue pasar kepada tetangga sekitar. Kata "terater" sendiri berarti membagi, yang melambangkan rasa syukur atas nikmat rezeki serta mempererat hubungan antarwarga. Peran perempuan sangat sentral dalam menyiapkan sajian ini. Tradisi ini tak hanya soal makanan, melainkan juga media menanamkan nilai gotong royong dan kasih sayang, seperti dijelaskan dalam buku Bunga Rampai Tradisi Madura (2020).

2. Manten Sapi di Pasuruan
Di Desa Watuprapat, Pasuruan, tradisi Manten Sapi sangat populer menjelang Idul Adha. Sapi kurban dihias layaknya pengantin dengan bunga dan kain putih lalu diarak mengelilingi desa. Warga yang mengikuti arak-arakan membawa sembako dan hasil bumi sebagai bentuk sedekah. Daging kurban selanjutnya dibagikan pada warga yang membutuhkan. Menurut jurnal Manten Sapi: Ritual Kurban Menjelang Idul Adha (Nuriah, 2024), tradisi ini menunjukkan penghormatan terhadap hewan kurban sekaligus memperkuat solidaritas masyarakat.

3. Ambengan di Tulungagung
Warga Tulungagung merayakan Idul Adha dan Idul Fitri dengan tradisi Ambengan. Mereka menyiapkan ambeng berisi nasi dan lauk seperti lodho ayam yang disusun rapi dalam wadah besar untuk disantap bersama. Sebagai wujud pengabdian dan rasa syukur, ambengan juga menonjolkan semangat kebersamaan dan berbagi. Tradisi ini tak hanya mempererat hubungan sosial, tetapi juga menjadi sarana edukasi nilai-nilai agama bagi generasi muda (Jurnal Makna Filosofis Tradisi Ambengan, 2023).

4. Mepe Kasur di Banyuwangi
Masyarakat Osing di Desa Kemiren, Banyuwangi, memiliki tradisi Mepe Kasur, yakni menjemur kasur merah dan hitam di halaman rumah menjelang Idul Adha. Warna merah melambangkan keberanian, sementara hitam bermakna keabadian. Menjemur kasur dipercaya mengusir energi negatif dan mendatangkan berkah. Setelah dijemur, kasur diperciki air bunga dan didoakan bersama warga, sebagai simbol kesiapan hati dan lingkungan menyambut hari suci. Tradisi ini juga menjadi momentum mempererat silaturahmi antarwarga.

5. Toron di Madura
Beralih ke tradisi Toron di Madura, yang berarti “turun” atau kembali ke kampung halaman saat Idul Adha. Tradisi ini menjadi waktu penting bagi perantau untuk pulang dan berkumpul bersama keluarga. Selain bersilaturahmi, mereka juga melakukan ziarah ke makam leluhur. Penelitian dalam Jurnal Masyarakat dan Budaya (2021) menyebutkan bahwa Toron berfungsi sebagai perekat sosial sekaligus memperkuat nilai kekeluargaan dan gotong royong di masyarakat Madura.

Melalui pelestarian tradisi-tradisi ini, masyarakat Jawa Timur tidak hanya menjaga identitas budaya tapi juga meneguhkan makna spiritual Idul Adha. Dengan semangat kebersamaan dan rasa syukur, tradisi-tradisi ini turut memperkokoh harmoni sosial di tengah perubahan zaman.(red.a)

Post a Comment

Previous Post Next Post