KEDIRI, – Sulitnya mencari pekerjaan pasca lulus dari SMK tak membuat Moh Khamim putus asa. Justru dari keterbatasan itulah muncul kreativitas yang kini membawanya menembus pasar mancanegara. Bermula dari batok kelapa di halaman rumah, kini ia mengirim kerajinan kayu ke Korea Selatan dan Hongkong.
Suara mesin perkakas terdengar nyaring dari sebuah bengkel kecil di Kota Kediri. Di dalamnya, Khamim, pria 25 tahun itu, tengah mengawasi kinerja mesin CNC (Computer Numerical Control). Di atas meja kerja, tampak sebilah kayu mahoni sedang diolah menjadi empat buah tray pan pesanan pelanggan asal Negeri Ginseng.
“Ini lagi proses ukir tray pan,” ucapnya sembari mengamati hasil kerja mesinnya yang dibeli tahun lalu.
Menurutnya, pesanan itu harus dikirim akhir Juni. Bukan pesanan pertama, sebab kerjasama dengan konsumen luar negeri itu telah berjalan rutin selama dua tahun terakhir, dengan pengiriman dua kali setahun.
Khamim kini dikenal sebagai perajin alat makan dan dapur dari bahan kayu seperti jati dan mahoni. Ia membuat entong, sutil, irus, serta berbagai alat lainnya sesuai permintaan. Namun siapa sangka, semua ini berawal dari batok kelapa.
Dibesarkan dalam keluarga penjual kelapa, rumahnya diwarnai tumpukan tempurung. Alih-alih membiarkan limbah itu terbengkalai, Khamim melihat peluang. Meski bukan lulusan jurusan kerajinan—melainkan teknik sepeda motor—ia tak segan belajar secara otodidak dari YouTube.
Dari situlah lahir karya pertamanya: gantungan kunci, lampu hias, hingga sendok dan mangkuk dari batok kelapa. Ia mulai memasarkan produknya lewat media sosial. Tak disangka, responsnya cukup positif. Banyak pembeli datang dari luar kota, bahkan luar pulau.
Namun, pada 2020, pohon kelapa di desanya mulai terserang penyakit, sehingga produksi batok menurun dan kualitasnya ikut terdampak. Ia pun beralih mendatangkan bahan baku dari Yogyakarta. Kala itu, produk buatannya berkembang menjadi mangkok, gelas, garpu, dan sendok dari batok.
Pada 2023, Khamim akhirnya memutuskan untuk fokus ke kerajinan kayu. Alasannya sederhana: bahan baku lebih mudah didapat, dan daya tahan produk pun lebih tinggi. Sejak itu, bengkel kecilnya perlahan dilengkapi peralatan baru. Termasuk mesin CNC yang mampu mengerjakan berbagai pekerjaan presisi.
Meski produknya telah melanglang buana, Khamim tetap membumi. Ia aktif mengikuti berbagai pameran dan bazar lokal. Salah satunya adalah Festival Kuno Kini 2025 lalu, yang mempertemukannya dengan pelanggan-pelanggan baru dan menambah jejaring pemasaran.
“Selama kita mau belajar dan berani mencoba, selalu ada jalan,” tutup anak kedua dari empat bersaudara ini dengan senyum bangga. (red:a)
Post a Comment