Data Baru, Warga Kota Kediri Keluar dari Daftar Penerima Bansos

 

KEDIRI,  headlinenews.cloud--Perubahan sistem data penerima bantuan sosial (bansos) membuat Yanto, warga Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, harus menerima kenyataan pahit. Pria berusia 42 tahun itu kini tak lagi tercatat sebagai penerima bantuan dari Kementerian Sosial (Kemensos).

Sebelumnya, Yanto yang bekerja sebagai buruh tani rutin menerima Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Namun, sejak dirinya bekerja di sebuah pabrik, bantuan tersebut tak lagi ia terima. "Waktu saya cek di aplikasi, nama saya sudah tidak ada," tutur Yanto yang kemarin tampak mengenakan kaus putih.

Ia menduga, status pekerjaannya yang kini dianggap lebih mapan menjadi alasan di balik terhapusnya nama dari daftar penerima. "Dulu kerja serabutan, penghasilan Rp 50 ribu sampai Rp 75 ribu per hari. Sekarang kerja di pabrik, tapi digaji bulanan," ungkap ayah tiga anak itu, seraya berharap pemerintah masih mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarganya.

Perubahan sistem pendataan memang menjadi penyebab utama. Awalnya, bansos didasarkan pada data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dengan 11 kriteria. Kini, pemerintah menerapkan sistem baru yakni data tunggal sosial ekonomi nasional (DTSEN) yang mencakup 39 kriteria. Hal ini berdampak pada banyak penerima yang tiba-tiba tidak lagi terdaftar.

Sementara itu, warga lain yang masih tercatat sebagai penerima juga mengeluhkan keterlambatan pencairan bantuan. Emi, warga Kelurahan Ngadirejo, mengaku hingga pertengahan Juni ini belum menerima dana bansos yang biasanya cair setiap triwulan. “Biasanya saya termasuk yang awal menerima. Tapi sampai sekarang belum ada kabar,” kata perempuan paruh baya itu dengan nada bingung.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Sosial Kota Kediri Paulus Luhur Budi Prasetya menyebut bahwa perubahan data membuat sistem penyaluran menjadi kurang akurat. "Ada kemungkinan terjadi error, baik itu yang seharusnya mendapat bantuan tapi tidak masuk, maupun yang tidak berhak justru malah dapat," jelasnya.

Ia mengakui, sampai saat ini pihaknya belum menemukan cara efektif untuk meminimalkan kesalahan tersebut. Bahkan identitas lengkap para penerima juga belum bisa diketahui secara rinci. "Kami juga belum bisa mengakses siapa saja dan di mana alamat mereka," tutup Paulus. (red:a)

Post a Comment

Previous Post Next Post