Kediri, headlinenews.cloud – Setiap pagi, ketika anak-anak seusianya masih terlelap atau bersiap ke sekolah, Marfellino Duha Saputra sudah memulai hari dengan rutinitas yang tak biasa. Bocah kelas 4 SD asal Dusun Ngancar, RT 001 RW 001, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri ini harus merawat ibunya, Kumala Nur Hidayati, yang mengalami kelumpuhan akibat pengeroposan tulang selama setahun terakhir.
Sejak ayahnya meninggal dunia, Marfel—sapaan akrabnya—tinggal berdua dengan sang ibu. Tidak ada lagi sosok dewasa lain yang bisa diandalkan. Di usia belia, Marfel menjalani peran sebagai anak, perawat, sekaligus tulang punggung rumah tangga.
"Marfel yang sudah yatim dan masih bocah itu harus mengurus Mala, ibunya yang mengalami kelumpuhan akibat pengeroposan tulang," ungkap Koordinator Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Jawa Timur, Arif Witanto, Jumat (18/7/2025).
Setiap pagi, sebelum berangkat ke sekolah, Marfel memastikan semua kebutuhan ibunya terpenuhi. Ia menyiapkan makanan, mencuci pakaian, membersihkan rumah, dan menjaga agar ibunya tetap nyaman. Selepas itu, ia berjalan kaki ke sekolah dan belajar seperti anak-anak lain.
Namun, pikirannya kerap tertinggal di rumah—pada ibunya yang hanya bisa terbaring dan menunggu.
"Mulai memasak, mencuci, dan melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan oleh Marfel," lanjut Arif, menggambarkan ketangguhan bocah ini.
Sepulang sekolah atau usai mengaji, Marfel kembali ke rumah dan melanjutkan perannya sebagai penjaga ibunya. Tak pernah terdengar keluhan dari mulutnya, apalagi tangisan. Yang ada hanyalah keteguhan hati dan cinta tulus seorang anak kepada ibunya.
Kisah Marfel bukan sekadar potret kemiskinan atau perjuangan hidup. Ini adalah kisah tentang cinta yang tak bersyarat, ketabahan dalam kesepian, dan keberanian seorang anak kecil yang telah dewasa sebelum waktunya. (RED.A)
Post a Comment