Cuaca Tak Menentu Ancam Petani Tembakau Kediri, Panen Terancam Gagal

 

 Kediri, headlinenews.cloud– Cuaca yang tak menentu menjadi tantangan besar bagi petani tembakau di wilayah Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri. Selain menurunnya permintaan, curah hujan yang masih tinggi meski diperkirakan sudah memasuki musim kemarau membuat tanaman tembakau rentan rusak dan hasil panen menurun.

Kurniadi, petani tembakau asal Desa Sambirejo, mengaku bingung dengan kondisi cuaca tahun ini.

“Prediksi bulan Mei harusnya sudah kemarau, tapi kenyataannya sampai kemarin (18/6) masih turun hujan,” ujar pria yang akrab disapa Kur, saat ditemui wartawan Radar Kediri.

Hujan yang terus mengguyur menyebabkan tanah menjadi masam, yang memicu pertumbuhan jamur dan membuat tanaman menjadi alum. Tanaman alum ini berpotensi menurunkan kualitas hasil panen.

Harga Ditentukan oleh Kualitas

Kur menjelaskan bahwa harga tembakau sangat tergantung pada grade. Tembakau grade A dihargai Rp 38 ribu/kg, sementara grade B hanya Rp 34 ribu/kg. Di bawah grade B, harga jual semakin rendah.

Untuk diketahui, siklus tanam tembakau berlangsung sekitar dua bulan, dengan kebutuhan pupuk berupa ZA, ZK, dan fertiphos. Jika struktur tanah terganggu, petani harus menambah kapur dolomit untuk menetralkan keasaman.

“Biaya tanam cukup besar, tapi kalau cuaca mendukung, keuntungannya bisa mencapai 50 persen dari modal,” ungkap Kur.

Dari lahan seluas 1,5 hektar, Kur menanam sekitar 30 ribu bibit tembakau nori, yang diperkirakan menghasilkan 750 kg saat panen. Jika harga stabil di Rp 38 ribu, potensi pendapatan bisa mencapai Rp 28,5 juta.

Modal Besar, Risiko Juga Tinggi

Kur merinci kebutuhan pupuk untuk lahannya: 6 karung ZA (Rp 1,56 juta), 2 karung ZK (Rp 1,1 juta), dan 4 karung fertiphos (Rp 800 ribu). Total modal awal sekitar Rp 7 juta, belum termasuk biaya tambahan saat panen, seperti pembelian idik (alas pengering), sewa mesin cacah, dan upah buruh panen.

Meski dihantui cuaca ekstrem, Kur tetap optimis karena lahannya berstruktur bagus dan bebas banjir.

Permintaan Tembakau Masih Ada

Sementara itu, Uki, petani tembakau dari Desa Turus, menyebut bahwa permintaan dari luar daerah seperti Ponorogo dan Jombang masih tinggi.

“Tembakau jenis nori dan sidorejep banyak diminati. Biasanya saya kirim dua bulan sekali,” katanya.

Uki yang sudah tiga tahun menanam tembakau mengaku belum pernah merugi. Namun tahun ini, dia mulai merasa waswas.

“Baru kali ini saya khawatir. Cuacanya susah ditebak,” pungkasnya. (red:a)

Post a Comment

Previous Post Next Post