Kediri, headlinenews.cloud – Siapa sangka camilan tempo dulu bisa jadi ladang rezeki masa kini? Inilah kisah inspiratif pasangan Dewita Fitria (45) dan Bayu Kishmadi, warga Dusun/Desa Klanderan, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, yang berhasil mengubah usaha kembang goyang dari sekadar iseng menjadi bisnis yang menjanjikan.
Berawal pada tahun 2015, usaha ini hanya dijalankan sebagai kegiatan sampingan. Kala itu, Dewita dan Bayu masih aktif bekerja di dunia finance. Namun karena tingginya antusiasme orang-orang terhadap jajanan jadul yang mereka buat, mereka perlahan mulai serius menekuni usaha ini.
“Awalnya hanya untuk sajian acara hajatan. Tapi setelah kami coba bagikan ke teman kantor, ternyata banyak yang suka dan langsung pesan,” ujar Dewita saat ditemui di rumah produksinya.
Tak disangka, percobaan pertama mereka justru langsung membuahkan hasil. Menjelang hari raya, pesanan berdatangan hingga mencapai 20 kilogram. Karena masih bekerja kantoran, semua dikerjakan di waktu malam atau akhir pekan.
“Waktu itu kami masih bikin setelah pulang kerja, kadang sampai larut malam,” kenang Dewita.
Perjalanan usaha mereka tidak langsung mulus. Masalah muncul dari sisi kemasan. Awalnya, mereka memakai standing pouch dan plastik ½ kilogram, tapi ternyata kembang goyang mudah hancur. Belajar dari pengalaman, mereka beralih menggunakan toples agar bentuk dan kerenyahannya tetap terjaga.
Tahun demi tahun, usaha ini terus berkembang. Pada 2018 mereka mengurus izin PIRT, lalu menyusul merek dagang pada 2020. Setahun kemudian mereka mendaftarkan label halal dan izin kandungan nutrisi. Sejak tahun 2021, pasangan ini pun fokus penuh pada usaha kembang goyang.
Kini, mereka mampu memproduksi hingga 10 kilogram per hari meski seluruh proses masih dilakukan secara manual. Untuk satu kilogram saja, prosesnya bisa memakan waktu hingga dua jam.
“Alhamdulillah sekarang sudah rutin ada pesanan, bahkan di luar momen lebaran,” tambahnya.
Uniknya, setelah digoreng, kembang goyang tidak bisa langsung dikemas. Ada tahapan penting untuk menghilangkan sisa minyak yang harus dilakukan secara hati-hati. Mereka tidak menggunakan alat seperti spinner karena bisa merusak bentuk kembang goyang. Sebagai gantinya, mereka memakai kertas khusus dan proses penirisan ini memakan waktu minimal satu hari.
Soal kualitas bahan, Dewita dan Bayu tidak mau main-main. Semua bahan baku seperti tepung, garam, dan minyak goreng dipilih dari yang terbaik dan sudah bersertifikasi halal.
Dengan ukuran kecil dan tekstur renyah, kembang goyang mereka dijual dengan harga yang ramah di kantong. Selain dipasarkan secara online, produk ini juga sudah masuk ke toko oleh-oleh lokal serta kerap hadir dalam berbagai event pameran UMKM.
“Yang penting konsisten dan terus berinovasi, karena sekarang saingan makin banyak. Tapi kami percaya kalau produk berkualitas pasti tetap dicari,” tandas Dewita optimis.
Usaha yang dulunya hanya untuk mengisi waktu luang kini menjelma menjadi sumber penghasilan utama. Kisah Dewita dan Bayu membuktikan bahwa kesungguhan, ketekunan, dan keberanian untuk mulai bisa membawa perubahan besar.(RED.AL)
Post a Comment