Bubur Suro, Sajian Penuh Makna dalam Tradisi PSHT Kota Kediri

 


 KEDIRI, headlinenews.cloud  – Bubur Suro atau dikenal juga sebagai bubur Asyura bukanlah sekadar makanan tradisional. Bagi warga Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), sajian ini menyimpan makna spiritual yang mendalam, terutama saat memasuki bulan Suro atau Muharram dalam kalender Jawa.

Setiap bulan Suro, bubur Suro selalu hadir dalam momen-momen sakral seperti tirakatan dan doa bersama para anggota PSHT. Tradisi ini bukan hanya melestarikan budaya leluhur, tapi juga menjadi simbol kerendahan hati dan rasa syukur dalam ajaran spiritual PSHT.

Ketua PSHT Cabang Kota Kediri, Agung Sediana, menyebut bahwa bubur Suro bukan sekadar kuliner warisan nenek moyang. Ia adalah simbol kehidupan dan wujud penghayatan nilai-nilai luhur yang diajarkan para sesepuh PSHT.

“Ini bukan soal bubur biasa. Bubur Suro adalah lambang kerendahan hati, refleksi diri, dan rasa syukur yang tak lekang oleh waktu,” ujar Agung, Selasa (1/7/2025).

Makna Bubur Suro Bagi Warga PSHT

  1. Simbol Rasa Syukur
    Penyajian bubur Suro menjadi bentuk syukur atas nikmat hidup dan berkah yang telah diterima. Bulan Suro yang dianggap sakral menjadi waktu yang tepat untuk merenung dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

  2. Mempererat Ikatan Persaudaraan
    Menyantap bubur Suro bersama menjadi sarana mempererat silaturahmi antar sesama warga PSHT. Momen ini sarat dengan doa bersama dan kebersamaan, menjadi roh dari semangat persaudaraan yang diusung organisasi ini.

  3. Pelestarian Warisan Budaya
    Tradisi ini juga menjadi bagian dari menjaga nilai-nilai budaya lokal. Bubur Suro menjadi simbol bahwa ajaran para pendiri PSHT tidak hanya tentang ilmu bela diri, tapi juga spiritualitas dan kebijaksanaan hidup.

  4. Pengingat Akan Kematian
    Dalam nilai-nilai PSHT, bubur Suro mengandung makna mendalam sebagai pengingat bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara. Sikap rendah hati dan selalu ingat pada akhir kehidupan menjadi salah satu pelajaran utama yang diwariskan.

Tradisi menyajikan bubur Suro di PSHT bukan hanya mempertahankan budaya, tapi juga menjadi media pembelajaran karakter dan spiritual bagi para anggotanya. Di tengah arus modernisasi, nilai-nilai luhur ini tetap relevan dan menjadi pengingat bahwa hidup harus dijalani dengan rasa syukur, kebersamaan, dan kesadaran akan makna kehidupan. (RED.A)

Post a Comment

Previous Post Next Post