KEDIRI, headlinenews.cloud – Ingin mengenal lebih dekat dunia perikanan air tawar? Kawasan Surowono, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, bisa menjadi pilihan utama. Wilayah ini dikenal sebagai sentra budidaya ikan air tawar, mulai dari ikan konsumsi seperti nila, lele, dan bawal, hingga ikan hias seperti glowfish, koi, cupang hitam, dan guppy.
Keberagaman jenis ikan menjadikan kawasan ini menarik untuk edukasi maupun observasi, terutama bagi pecinta ikan di wilayah Kediri dan sekitarnya.
Salah satu pemilik tambak, Mahali, menjelaskan bahwa sebagian besar benih ikan nila diambil dari wilayah Pare, Kabupaten Kediri. Sementara untuk jenis nila merah, ia mendatangkannya dari Sragen dan Pati, Jawa Tengah.
“Sekitar 80 persen ikan di sini adalah nila hitam. Di wilayah barat seperti Nganjuk, justru lebih dominan nila merah,” ungkap Mahali.
Dulu, ikan nila merah kerap dianggap sebagai “ikan mainan” karena warnanya yang mencolok. Namun kini, jenis ini juga menjadi komoditas konsumsi yang cukup diminati.
Harga jual ikan sangat bergantung pada lokasi. Di Pare, harga grosir ikan nila berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 26 ribu per kilogram. Sementara di luar wilayah tersebut, harga bisa turun hingga Rp 15 ribu per kilogram.
Sebagian hasil panen dijual dalam keadaan hidup, terutama untuk keperluan kolam pancing atau restoran seafood. Proses panennya pun cukup menarik: ikan diangkut menggunakan mobil dan langsung dibekukan dengan es batu jika dijual dalam keadaan mati.
“Kalau dikirim hidup, perawatannya lebih rumit. Harus disiapkan oksigen dan air segar. Tapi kalau sudah mati, cukup es batu dan air tawar,” jelasnya.
Tambak milik Mahali juga menggunakan metode modern, yakni kolam bak dari cor beton, bukan kolam tanah seperti umumnya. Cara ini mempermudah pengelolaan air dan lebih efisien.
“Kami tidak rutin mengganti air. Biasanya cukup satu hingga dua bulan sekali, tinggal ditambah jika volume berkurang,” katanya.
Selain budidaya ikan konsumsi, Mahali juga aktif mengembangkan ikan hias, terutama cupang hitam dan guppy. Varian hasil persilangan baru yang memiliki nilai jual tinggi menjadi primadona.
“Ikan-ikan hias ini saya ternakkan sendiri. Sudah turun-temurun sejak zaman orang tua,” tuturnya.
Dari total ikan nila yang dijual, sekitar 25 persen justru dibeli untuk hiasan kolam kecil di rumah, bukan untuk konsumsi.
Mahali berharap pemerintah lebih serius memperhatikan sektor perikanan rakyat. Ia menilai potensi perikanan air tawar sangat besar, tetapi masih kurang mendapatkan perhatian.
“Kalau pemerintah tidak sungguh-sungguh, ya jangan harap rakyat bisa hidup layak. Kami butuh dukungan agar usaha kecil bisa berkembang,” tegasnya.
Untuk mempercepat pertumbuhan ikan, Mahali memanfaatkan pakan lele dengan kandungan nutrisi tinggi. Sementara untuk pemancingan, ia menggunakan pelet khusus dari campuran tepung dan perekat agar bisa bertahan lama di dalam air.
Dengan kombinasi metode modern dan semangat turun-temurun, Surowono semakin mengukuhkan diri sebagai pusat perikanan air tawar yang menjanjikan di Kediri Raya. (RED.A)
Post a Comment